Kisah Penculikan Mahasiswa Keturunan Cina Bernama Fang Fang
Di kampusku ada seorang gadis yang cantik jelita amoy, namanya Fang Fang, ia keturunan China. Kulitnya putih mulus, rambutnya di-highlight kemerahan panjang, bentuk tubuh langsing dan proporsional. Sekali melihatnya kita akan langsung mengetahui bahwa ia anak orang kaya. tetapi yang paling kusuka darinya yaitu payudaranya yang besar, kutaksir berukuran sekitar 36B. Aku sering bermasturbasi dengan membayangkan kubuka BH-nya pelan-pelan dan tampaklah dua gunung padat menawan. Lalu kubayangkan kuperkosa ia, kubuat badannya dan susunya terguncang-guncang, tak peduli ia menjerit-jerit kesakitan dan meronta-ronta. tetapi itu tak perlu kuceritakan lebih lanjut, karena akan kuceritakan pengalamanku yang sesungguhnya, yaitu memperkosa gadis chnia amoy Fang Fang.
Kampusku, T, terkenal dengan mayoritas mahasiswa keturunan Chinanya. Kami kaum pribumi hanya menjadi warga minoritas di sana. Sudah minoritas, kebanyakan laki-laki pula. Kalaupun di antara kami ada yang perempuan, biasanya jelek, gendut dan hitam kulitnya seperti kulitku. Tetapi jangan memandang enteng diriku, aku berbadan besar, tinggi dan “adikku” panjangnya 18 cm bila sedang “on”. Suatu hari si Fang Fang ini datang ke kampus dengan memakai baju ketat berwarna merah yang menonjolkan keindahan bentuk payudaranya dan celana panjang hitam yang memperlihatkan lekukan pinggulnya. Sebenarnya sudah biasa ia datang ke kampus dengan pakaian seperti itu, tetapi kali ini aku tak sanggup menahan birahiku yang sudah tertahan sejak lama. Pokoknya kali ini aku harus mendapatkannya, pikirku waktu itu. Ia lewat di depanku, aku hanya bisa menahan ludah mencium bau harum tubuhnya dan melihat kedua susunya yang seakan minta kuremas-remas. Saat ia menuju ke arah mobilnya kuikuti ia. Kebetulan tempat parkir kampusku sepi karena waktu itu sudah sore sekali, jam 6:00. Saat ia membuka pintu mobil, kubekap mulutnya dan kutempelkan pisau di lehernya yang jenjang.
“Heh! Lu jangan macem-macem ya kalo masih pengin hidup! Sekarang kita masuk mobil, lu yang mengemudi dan ingat, pisau ini siap ngeluarin usus lu kalo lu macem-macen di jalan!” ancamku.
“I… iya Mas, ampun! Jangan sakiti saya!” kata Fang Fang meratap mohon ampun.
Rencana itu berjalan sukses, satpam yang menjaga pintu gerbang kampus tidak curiga begitu mobil kami lewat. Jelas ia tak berkutik, di sampingnya ada aku yang memeganginya dan menempelkan pisau di pinggangnya.
Sepanjang jalan Fang Fang meratap-ratap mohon belas kasihan, ia bilang aku boleh mengambil semua duitnya, perhiasan dan handphone jika ia dibiarkan pergi. Mimpi kali dia, mana mungkin aku melepaskan gadis secantik dia tanpa di-“mainin” dulu. Akhirnya kami sampai di rumahnya. Sudah kuselidiki dulu kalau ia tinggal sendirian di rumah besar itu tanpa pembantu dan orangtua. Orangtuanya sering ke luar negeri untuk urusan bisnis.
Kugiring ia ke dalam kamar khusus karaoke yang kedap suara dan kukunci pintunya. Sebelumnya aku sudah mencabut kabel telepon, mengunci pagar dan lain-lain agar tidak tampak sesuatu yang mencurigakan dari luar. Wajahnya sudah pucat pasi membayangkan apa yang akan kuperbuat.
Tanpa kesulitan aku berhasil merobek celana dalamnya, ia kalah tenaga denganku yang berbadan besar ini. Langsung kuangkat ia, pantatnya kuangkat dengan tanganku dan kemaluannya kupompa dengan paksa. Ia berteriak kesakitan karena ukuran batang kemaluanku yang besar itu dan dengan kalap mencakar dan memukul mukaku. Tindakannya justru membuatku semakin bernafsu, makin cepat dan dalam kupompa dia. Ia menjerit-jerit dan mencakar tangan dan dadaku. Justru rasa sakit membuatku makin bernafsu, dengan kasar kugoncang dia naik-turun seperti naik kuda-kudaan.
15 menit, aku belum juga ejakulasi, kubalik tubuhnya hingga menungging dan tanpa basa-basi kutembus anusnya langsung sampai sedalam-dalamnya dengan batang kemaluanku yang 18 cm itu. Sejenak Fang Fang seperti tersentak kaget dan berusaha melepaskan diri. Ia meronta sekuat tenaga tetapi kupegangi pinggangnya dengan kedua tanganku kuat-kuat. Ia kembali mencakarku membabi buta dan rasa sakit itu membuatku lebih bersemangat memompa Fang Fang. Satu tanganku kugunakan untuk meremas susunya kuat-kuat dan satunya lagi kugunakan untuk menyodok kemaluannya dalam-dalam keluar masuk. Kali ini ia benar-benar tidak bisa berkutik.
Kurasakan anusnya sudah lecet tergesek oleh batang kemaluanku tetapi kemaluannya basah karena rangsangan hebatku. Tiba-tiba ia menggigit tanganku yang kugunakan untuk meremas susunya. Aku terpaksa melepaskannya karena kesakitan dan ia berhasil melepaskan anusnya dari batang kemaluanku. Fang Fang lari ke pintu tetapi ia tak bisa membukanya karena kuncinya ada di saku celanaku. Nafsuku yang belum terpuaskan membuatku marah, kuburu ia dan kupukul muka serta payudaranya yang besar dan kenyal itu. Fang Fang terjerembab dengan mulut berdarah.
“Oh jadi elu mau maen kasar ya, OK!!” teriakku.
Kupukuli dada, perut dan mukanya hingga ia jatuh lemas dengan muka sembab. Kulitnya yang putih mulus tampak memerah dan Fang Fang sudah setengah sadar, yang jelas ia tak bisa bangkit lagi.
Dari tasku kukeluarkan dua anting-anting berbentuk ring dan salah satunya kutindikkan ke puting payudara Fang Fang. Fang Fang menjerit kesakitan dan darah langsung mengalir di susunya. Aku semakin bernafsu melihatnya dan ia memberontak berusaha lari lagi. Kali ini kupukul ia kuat-kuat sampai ia pingsan dan memudahkanku untuk memasang anting-anting kedua. Darah yang mengalir dari puting dan kemaluan Fang Fang semuanya kuhisap dan kujilati sampai kering. Dengan pingsannya dia, aku bisa sesuka hati berganti posisi.
Pertama kuangkat ia dan kududukkan di pangkuanku sambil kunaik-turunkan pinggulnya. Lalu dari belakang kupompa ia sekuat tenaga. Masih belum juga aku ejakulasi. Kedua kakinya kunaikkan ke bahuku dan kubentang lebar-lebar lalu kupompa kemaluannya yang berdarah-darah dengan kencang. Perlu sekitar 50 kali pompaan untuk mengeluarkan spermaku. Semuanya kutumpahkan di dalam sebanyak 5 kali semprotan. Sisanya yang mengalir keluar kuambil dan kulapkan di susu dan perutnya. Kunikmati dulu keadaan itu, dimana batang kemaluanku masih tertancap di lubang kemaluannya. Kulihat wajah cantiknya yang bersimbah peluh masih pingsan, tampak tak berdaya, nafsuku timbul lagi. Sayang sekali jika aku hanya menyetubuhinya satu kali hari ini. filmbokepjepang.com
Kupapah ia ke kamar mandinya yang ternyata sangat mewah. Bak mandinya kuisi dengan air hangat sampai penuh dan Fang Fang kubaringkan di situ. Kulit putih mulusnya yang basah kuyup membuat batang kemaluanku yang tadinya lemas kembali tegang. Aku duduk di dalam bak mandi itu juga, dihadapannya, dan kali ini dengan leluasa kujamah seluruh tubuhnya dan kuremas-remas payudaranya yang besar itu. Putingnya yang beranting-anting kuisap, kusedot seluruh darah yang tersisa. Lalu kuangkat tubuhnya dan kusedot kemaluannya sampai seluruh cairan kewanitaannya habis. Tiba-tiba aku teringat, Fang Fang bisa sadar kapan saja dan meronta-ronta. Dengan cepat kucari tali untuk mengikat kedua tangannya ke belakang erat-erat. Di dalam bak mandi itu aku kembali memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya. Kupompa ia dengan cepat selama 15 menit. Karena merasakan ada benda yang mengganjal dan keluar masuk di kemaluannya, akhirnya Fang Fang sadar. Ia mendesah karena belum sepenuhnya sadar dari pingsannya. Aku tak peduli, kugenjot terus ia sampai cairan maniku keluar dan kutumpahkan di dalam kemaluannya. Ia akhirnya sadar, menangis sesenggukan dan berusaha meronta walau tangannya terikat. Ia kembali merintih mohon ampun dan mengeluh kesakitan di kemaluannya.